Minggu, 26 Desember 2010

CROSS COUNTRY SUSUR JALAN LINTAS GUNUNG MURIA

0 komentar
Kami lebih sepakat menamakan ini dengan Cross Country daripada Touring. Karena secara jumlah peserta memang sedikit, hanya 3-4 orang saja. Jumlah yang sedikit jika dibandingkan dengan Touring "Road to West Java" kemaren. Kali ini ketika berangkat hanya 3 orang menggunakan 2 motor saja - Bro Abeng dan adiknya bro Syahrul dengan 1 motor New Mega Pro, sedangkan aku masih tetap setia dengan Revo 100 yang telah menemani Touring sejak pertama kali mengenal hobi ini.


Pertama kali ada inisiatif melakukan Cross Country ini karena saat itu kami ingin pergi ke tempat bro Handoko FCR-010/10 yang  sekarang menjadi peserta Pendampingan SMK, program dari UNS dan dia mendapatkan tempat di Mangunjiwan-Demak. Susur gunung Muria kami pilih karena dekat dengan Demak dan memang ada tantangan tersendiri untuk menjelajahinya, sama sekali kami belum pernah ada yang menjelajah disitu dan kami hanya membawa satu lembar peta jawa tengah, tanpa peta wilayah yang lebih kecil ataupun GPS. Navigator kali ini tetap bro Abeng FCR-001/10 yang memang sudah handal dibidangnya.


Suasana Jalanan Godong
07:00 : Kami berangkat dari SPBU Sekarpace menuju arah gemolong melalui jalan Solo-Purwodadi, namun kami tidak mengambil arah kota Purwodadinya. Setelah Gemolong kami mengambil jalan tembus dekat dengan Kedung Ombo, menghindari jalur ramai oleh bus Solo-Purwodadi dan juga jalanan disini lebih halus walaupun tidak mutlak halus namun sedikit lebih baik ketimbang jalan raya.
09:00 : Tiba di daerah Godong (pertengahan antara Purwodadi-Demak)
Lokasi ini memang menarik sekali, karena ketika kami melihat papan penunjuk jalan arah Demak memang benar lurus sama dengan jalan yang kami lewati saat itu namun setelah beberapa KM kami mulai ragu, kenapa jalur utama (seperti yang tergambar dalam peta) kerusakannya sangat parah. Kami khawatir salah jalur, untuk beberapa saat kami menepi dan kembali membuka peta dan ternyata lokasinya memang benar. Namun untuk melanjutkan lagi masih juga terbesit rasa ragu karena masih belum bisa percaya jalur utama kok kayak gini. Kondisi jalanan saat itu aspal sudah pecah 80-90 %, jalan bergelombang namun berlubang halus dengan kedalaman mencapai 10-20 cm dan didalamnya terdapat lumpur yang cukup pekat karena hari sebelumnya hujan dan pagi ini cuaca sangat panas. Praktis, baru setengah jalan fisik sudah lumayan drop. Motor dan badan penuh lumpur bahkan hingga ke kaca helm juga.
10:00 : Kami tiba di Masjid Agung Demak, bertemu dengan bro Han, dilanjutkan dengan mencari sarapan di lokasi parkir Masjid Agung (lokasi parkir sekaligus pintu keluar ziarah) dan dilanjutkan menuju ke kos untuk prepare cross country. Saat itu aku sempat mengecek berapa km yang telah ditempuh ternyata baru km:102


11:00 : Berangkat dari kos menuju Pati. Sekarang perjalanan 3 motor 4 orang karena bro Han ikut bergabung untuk Cross Country 
View di Hutan Karet Jepara
13:00 : Masjid Agung Pati, istirahat sejenak dan berfoto. Rencana berikutnya ingin ke air terjun namun nara sumber tidak cukup sehingga dibatalkan. Menjelang berangkat hujan lagi sehingga ditunda sekitar 15 menit.
15:00 : Istirahat di hutan karet daerah Kelet-Jepara untuk berfoto2.
16:00 : Alun-alun Jepara. Berhenti sejenak untuk mendinginkan mesin dan mengganjal perut dengan siomay yang dijual ditepian alun-alun.
16:30 : Pantai Kartini Jepara.
Pantai ini terbagi menjadi dua bagian, untuk yang ada di kiri jalan merupakan pelabuhan dan untuk masuk lokasi ini gratis tanpa dipungut biaya. Namun untuk yang ingin view wisata ambil yang kanan, masuk loket masuk cukup membayar Rp 3.500 dan motor boleh dibawa kemana saja, berhenti dimanapun kita suka. Karena memang pantainya luas dan banyak tempat duduk yang bisa dipilih, duduk menghadap laut menikmati udara laut di sore hari dan kalau beruntung kita bisa mendapatkan sunset, namun saat itu sunset memang moment langka. 
Pantai Kartini Jepara




Siluet

Ditambah lagi saat itu akhir pekan, pantai ini ramai dikunjungi pengunjung dari keluarga hingga sepasang kekasih yang  sedang melepas rindu sambil menikmati suasana. Setelah maghrib kami melenjutkan perjalanan menuju Kudus mencari Alun2 kota Kudus.
19:30 : Alun-alun kota kudus. Suasana keramaian di malam minggu, dimana alun-alun menjadi salah satu tempat keramaian paling faforit ketika untuk mengisi waktu di akhir pekan. Sholat di Masjid Agung dan dilanjutkan dengan mencari pusat kuliner kudus (berburu sate kerbau namun tidak ketemu, akhirnya menyantap soto kerbau yang tak kalah mantab). Lokasi pusat oleh2 dan makanan khas kudus adalah berada di salah satu sudut alun2 dekat Ramayana, disini semua makanan khas kudus hampir lengkap tinggal pilih warung yang mana saja. Setelah kenyang menyantap soto kerbau kini tujuan selanjutnya adalah menara Kudus - Ikon kota Kudus, tujuan ke sini adalah bisa mendapatkan foto menara dalam kondisi malam hari dan juga mencari oleh2 Jenang Kudus dengan berbagai variannya.
Menara Kudus


21:00 : Riding dari Kudus menuju Mangunjiwan-Demak, rencana kami adalah malam ini menginap di kos bro Han sehingga kami harus berkendara paling tidak 1.5 jam untuk sampai dilokasi. Ada sebuah kenangan seru yang tak akan pernah kulupakan saat itu...Pas kami mulai riding, pas hujang turun dengan sangat deras dan kami tidak mau berspekulasi untuk menunggu hujan reda karena saat itu sudah malam. Akhirnya jas hujan diberdayakan walaupun kami tahu kalaupun sudah pakai jas hujan tetap saja masih basah dengan curah hujan yang seperti ini. Namun paling tidak barang bawaan kami masih bisa selamat dan tidak basah. Jalan utama Kudus-Demak yang searah dengan Pantura selama kurang lebih 20 km mati lampu total ditambah kilat di langit menyambar2 tanpa henti sungguh suasana yang mengerikan namun seru, karena jalanan yang rata2 didominasi persawahan di kanan dan kiri menjadikan kami bisa melihat dengan jelas kilat dan petir yang menyambar kemana2. Ketika riding kami juga berkali-kali tertipu oleh jalanan, semula yang kami kira itu adalah aspal dengan sedikit air ternyata terdapat genangan air yang tingginya diatas mata kaki. Dan hasilnya kami makin basah kuyup.
22:30 : Tiba di Mangunjiwan-Demak (kos bro Han) dalam keadaan basah kuyup, istirahat sejenak merapikan segala sesuatu dan istirahat hingga pagi. Sebelum tidur kusempatkan melihat berapa jarak tempuh yang sudah kami lewati hari ini:312


04:30 : Bangun pagi, sholat subuh, menghirup udara segar dipagi hari. Berjalan2 mencari sarapan (nasi sayur + gorengan) lalu dimakan di kos. Lokasi kami mencari sarapan tidak jauh karena tepat didepan kos terdapat sebuah warung kecil yang menjual sarapan dan tempat ini merupakan tempat faforit, karena murah, dekat, dan enak juga. Setelah sarapan kami membicarakan rute berikutnya. Kami berangkat sudah melewati jalanan yang hancur-hancuran sehingga untuk pulang kami tak ingin melewati yang seperti itu lagi, sudah cukup perjuangan kami untuk yang seperti itu. Rute pulang kami memilih jalur Semarang, walaupun dalam peta memang lebih jauh namun paling tidak jalanan masih dalam batas toleransi kenyamanan. Sebelum pulang ke Solo kami merencanakan untuk mengunjungi 2 lokasi lagi (Masjid Agung Demak dan Lawang Sewu Semarang)


08:00 : Pamitan dengan ibu kos dan berangkat menuju Masjid Agung Demak (untuk berfoto), kami masih ber-4 karena bro Han sekalian Mudik ke Solo. 
Karena rata2 yang datang kesini adalah peziarah maka pakaian mereka tampak khusyu', mengenakan sarung, baju koko, dan peci. Hanya kami saja yang mengenakan kaos oblong, celana jins, sandal gunung, dan sepatu boot. Parkir motor disini disediakan tempat yang cukup juga, dengan membayar parkir Rp 2.000 saja. Masuk kedalam ruang koleksi kita juga diperbolehkan berfoto2 bersama barang2 bersejarah yang digunakan para wali ketika menyiarkan agama Islam di Pulau Jawa.


Lepas dari sini kami berangkat menuju lokasi terakhir dari rangkain perjalanan kami, yakni Lawang Sewu Semarang. Jarak tempuh dari Masjid Agung Demak hingga sampai di Lawang Sewu yang berada tepat di Tugu Muda Semarang ini hanya memakan waktu 1 jam saja. Jalanan sangat halus, kontras sekali jika dibandingkan dengan rute ketika berangkat dari Purwodadi menuju Demak. Sehingga waktu 1 jam untuk riding tidak terasa, tau-tau kami sudah ada dilokasi Gedung peninggalan zaman Belanda ini.
10:00 : Lawang Sewu-Tugu Muda Semarang.
Gedung ini dulunya ketika zaman penjajahan Belanda digunakan untuk kantor urusan perkeretaapian, disebut Lawang Sewu karena gedung ini memiliki pintu yang sangat banyak. Lokasi ini cukup terkenal di Indonesia, terkenal akan sejarahnya hingga terkenal karena nuansa mistisnya. Bahkan acara di salah satu stasiun televisi swasta pernah melakukan shooting UJI NYALI disini, karena kabarnya memang sering terjadi penampakan ataupun hal-hal aneh lainnya. Hal mistis inilah yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan dari manapun, sampai-sampai pengelola menyediakan fasilitas tour untuk menjelajah ke semua tempat di kompleks ini hingga tengah malam di akhir pekan agar pengunjung dapat merasakan nuansa yang benar-benar istimewa.
@ Lawang Sewu
Kami 4 orang masuk pintu utama dan membayar Rp 10.000 untuk tiket masuk dan Rp 30.000 untuk biaya guide selama perjalanan. Masuk gedung langsung terasa nuansa yang berbeda hingga akhir perjalanan, namun karena sedang dalam tahap renovasi maka beberapa ruangan yang tidak bisa kami jelajahi. Tapi tetap secara umum lokasi ini menarik untuk dijelajahi dan banyak sekali view bagus untuk berfoto-foto karena tiap sudut ruangan mengandung nilai sejarah. Jika pengunjung ingin mendapatkan nuansa yang lebih seram lagi dibawah gedung ini masih terdapat ruangan lagi yakni PENJARA BAWAH TANAH. Penjara yang digunakan semasa  zaman penjajahan Belanda ini cukup mengerikan karena terdapat penjara jongkok dan berdiri, sehingga tahanan yang dikurung disini memang disiksa. Untuk penjara berdiri tahanan menjalani masa tahanan dengan hanya berdiri saja dan tidak bisa melakukan hal lain selain berdiri. Sedangkan untuk penjara jongkok juga sama, tahanan selamanya jongkok saja. Sungguh suatu penyiksaan yang tidak manusiawi. Untuk masuk ke dalam penjara bawah tanah ini kita bisa membayar Rp 10.000 lagi, tapi bagi yang tidak ingin masuk ke dalam juga tidak apa-apa. Bagi yang takut tidak usah dipaksakan.


11:30 : Meninggalkan Lawang Sewu untuk melakukan "The Last Riding" kembali ke Solo
12:30 : Tuntang
Saat itu jalanan Semarang cukup panas dan padat sehingga menjadikan kami cepat lelah dan mengantuk, sehingga kami menepi untuk beristirahat sambil mencari Soto Panas agar perut kenyang dan badan kembali segar.
13:15 : Berangkat kembali menuju Solo
14:55 : Finish sampai kembali ke rumah dengan selamat. Total jarak tempuh 450 km kami jalani dengan tanpa ada hambatan yang berarti dan tanpa adanya kendala bocor ban sekalipun...Alhamdulillah...Sesuatu yang jarang sekali kami dapatkan selama Touring.

Rabu, 08 Desember 2010

WISUDA FCR-010/10

0 komentar
Hari Kamis tanggal 2 Desember 2010 merupakan hari yang bersejarah untuk para wisudawan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Karena momentum tersebut merupakan tanda bahwa usai sudah tugas untuk studi para mahasiswa selama sekian tahun lamanya, dan tidak jarang hingga lelah menjawab pertanyaan yang sama "Kapan lulus?". 


Pertanyaan tersebut sama melelahkannya ketika menjawab pertanyaan semasa mengerjakan skripsi, ya...dan lagi-lagi pertanyaan yang hadir selalu sama "Nyampe mana?Bab berapa?" Tapi apapun itu, it's Oke. Karena mungkin memang dengan pertanyaan yang menjemukan itu para mahasiswa segera termotivasi agar tidak mendapati kata-kata yang sama pada kesempatan berikutnya.
Pota-poto di acara Wisuda
Hari itu juga Flexible Community turut berbahagia karena salah satu personil juga ikut di wisuda, Handoko FCR-010/10 secara resmi melepaskan statusnya sebagai mahasiswa. Rider asal Colomadu pengendara Shogun 110 ini ikut wisuda pada tanggal yang sama dengan dibersamai orang tuanya. Selamat Bro...udah gak jadi mahasiswa lagi. Tanggal 1 Desember pukul 22.00 secara resmi Bro Handoko mengundang untuk datang di wisudanya bagi FCR nomor berapapun dengan harapan mengenakan kostum Flexible Community. 


Waktu istirahat yang diberikan kepada Wisudawan digunakan untuk bertemu dengan rekan-rekan dan berfoto bersama.


Selesai acara di siang hari, saatnya berganti agenda malam...
Bro Handoko FCR 010/10 mengundang rekan-rekan Flexible bersama dengan rekan-rekan PTN 006 untuk makan bersama sebagai wujud rasa syukur telah lulus dari Universitas Sebelas Maret Surakarta.


 Acara makan bersama ini mengambil lokasi di Lesehan Pak Wal depan Kampus UNS. Suasana riang dan penuh keakraban terpancar dari raut wajah orang-orang yang ada disini, biarpun seharian kelelahan namun ketika berkumpul nuansa tetap meriah diselingi gelak tawa dan sindir sana sindir sini...
Bro Topik & Bro Han


Sekali lagi selamat bro...semoga yang lain segera menyusul untuk lulus dan kita segera merealisasikan impian besar kita, 
The Big Journey "Touring Road to Karimunjawa"


Sis Dini & Sis Martha

Makanannya maknyuss

Kebersamaan yang jarang jarang

MMT Pak Wal

@ Boulevard UNS after maem maem

Pokoknya yang wisuda gak boleh pulang dulu...

Let's go...

FKIP Gedung UNgu



Pota poto ampe malem...


Sabtu, 09 Oktober 2010

UJIAN SKRIPSI SINUWUN FCR-010/10

1 komentar
Hari jumat, tanggal 8 Oktober 2010 kemaren salah satu anggota Flexible Community melaksanakan ujian skripsi. Acara yang berlangsung pukul 09.00 – 10.30 wib dan bertempat di ruang Perpustakaan BKK PTN FKIP UNS tersebut merupakan momen yang spesial juga, tidak lain karena ini kali pertama FCR yang hobi Touring kemana saja berhasil menyelesaikan studinya untuk jenjang S1. Rider asal Colomadu penunggang Shogun 110 cc ini memecahkan rekor, ujian skripsi pertama kali.
Duo FCR (010/10 & 005/10)
Momen ini diabadikan sekaligus sebagai penyemangat untuk yang lainnya agar segera menyudahi studi S1 ini dan tidak berlama lama lagi. Bertepatan dengan itu pula, Didik Heriyanto FCR-008/10 telah disetujui judul skripsinya dan mendapatkan dosen pembimbing.
Masih berkaitan antara hobi Touring, berpetualangan dengan tuntutan harus menyelesaikan studi dengan segera maka rencana Touring Road to Karimunjawa yang direncanakan tahun 2011 ditunda terlebih dahulu. Untuk tahun 2011 bolehlah Touring lagi, tapi dengan skala yang lebih kecil terlebih dahulu. Dan juga agar menjadi masa prihatin serta berbenah diri untuk segera lulus dari kampus hijau UNS tercinta ini.


Touring Karimunjawa rencananya akan dijadikan Event Syukuran ketika semua anggota sudah lulus dari UNS. Sehingga agar lebih memotivasi lagi bahwa kita masih punya mimpi ke depan, bahwa “Karimunjawa sudah menanti kita…Ayo segera selesai”. Terlepas dari Karimunjawa, ada 1 mimpi dan obsesi dari Touring perdana yang layak diperjuangkan juga. Gunung Bromo yang menjadi kesan tak terlupakan dari acara Touring Perdana selama 4 hari Lintas Jawa Timur akan kita jadikan Touring Reuni ketika kita semua sudah berkeluarga kelak (Semoga mimpi itu terwujud…Amiin)
Berfoto bersama di depan BKK PTN
Hari itu memang sengaja FCR-005/10 membawa serta MMT Touring Lintas Jatim ke dalam ruang ujian skripsi dengan tujuan bahwa dengan dipajangnya MMT ini akan menyemangati yang lainnya. Biarpun kadang dan sering tampak konyol dilihat mahasiswa lain toh kami tidak ambil pusing. Obsesi layak diperjuangkan…


Akhirnya, selaku Anggota FCR UNS mengucapkan Selamat dan Sukses atas terlaksananya ujian skripsi dengan lancar. Jangan lupa, jika sudah longgar bantu dan doakan serta semangati rekan rekan yang belum selesai Bro…






Flexible Community: The Best Performance and Safety Riding

Kamis, 02 September 2010

Flexible Community Road to West Java on July 2010 (Part 3)

1 komentar
Hari ke 3
Kuda besi berjajar rapi - tapi belum mandi
Pagi ini kami belum segera beranjak kemana-mana, karena akumulasi capek belum hilang juga. Dan pekerjaan lain sudah menunggu yakni cuci motor, karena setelah kemaren ketika menuju Green Canyon diguyur hujan terus menerus malamnya ketika hendak menuju Bantarkawung juga melibas jalanan sehabis hujan sehingga otomatis motor dijamin kotor penuh lumpur.

Pagi ini halaman rumah Bro Abeng dijadikan festifal cuci motor, dan memang acara pagi ini sudah direncanakan dengan membeli sabun pencuci motor di Alfamart tadi malam
Festival Mandikan motor
Motor yang tadi malam berjajar rapih disamping rumah sekarang digiring ke halaman untuk mandi pagi.
































Setelah selesai semuanya, mandi dan menyantap sarapan pagi khas Bantarkawung maka kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Solo. Namun berbeda dengan rute ketika kami berangkat yang mengambil rute susur pantai selatan, kali ini kami mengambil rute tengah Pulau Jawa yakni dari Bantarkawung – Purwokerto – Purbalingga – Banjarnegara – Wonosobo – Magelang – Yogyakarta – Solo.
Rencananya lepas dari Bantarkawung kami akan menuju lokasi berikutnya yakni Candi Borobudur di Magelang baru kemudian pulang kembali ke Solo.

Berikut adalah foto dan momen sepanjang perjalanan pulang:

Kuda besi siap bertempur lagi

               














Rider sejati helm minimal SNI - sayangi kepala
















Berpose dulu sebelum meluncur
















FCR berfoto bersama 2 orang MegaPro Rider Salatiga
















Photo narsis lampu merah 1
















Photo Narsis lampu merah 2
















Berhenti sejenak sambil membicarakan rute
















Istirahat sambil makan siang
















Sampai Borobudur sudah tutup..ya sudahlah...
















Menu makan malam Lesehan di Prambanan





















Mak Nyuusss
















Bro Beni bersama ikan lelenya


















































Tiba di kos kembali 
































Akhirnya, acara Flexible Community Road to West Java terlaksana dengan lancar. Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh rekan yang telah ikut mensukseskan program ini dan terimakasih kepada semua yang telah mampir di blog sederhana ini.
“Keep Safety Riding n Brotherhood” – Kita siapkan aksi berikutnya…

Flexible Community Road to West Java on July 2010 (Part 2)

0 komentar
Hari ke 2

Teh panas sambil diskusikan rute berikutnya
Rencananya untuk menuju Green Canyon di Ciamis nanti pukul 09.00, sehingga pagi ini setelah briefing sambil minum teh hangat yang disediakan keluarga Bro Desta dilanjutkan dengan persiapan pribadi, cuci motor dan sebagainya. Jupiter Z Bro Abeng kali ini mendapatkan masalah, setelah dikunci stang tidak bisa dibuka pengunciannya sehingga harus bongkar-bongkar motor terlebih dahulu.
Tujuan berikutnya untuk hari ini adalah Green Canyon, Pantai Pangandaran, Batu Hiu, dan yang lainnya yang penting menyesuaikan waktu.
Keberangkatan menuju Green Canyon terus-terusan diguyur hujan yang kadang deras kadang kecil-kecil sehingga kami melaju dengan kecepatan sedang saja 70-80 kpj.







Green Canyon / Cukang Taneuh (09.50)
Gerbang Green Canyon
Orang yang beruntung mendapatkan view yang bagus dari petualangan Green Canyon adalah yang datang ketika cuaca sedang panas atau cerah, karena bisa mendapatkan nuansa “green” yang sebenarnya. Namun kali ini kami kurang beruntung, ketika sudah sampai disini hujang makin deras. Bahkan karena teramat deras, perahu yang disewakan untuk membawa pengunjung menyusuri sungai dan menuju ke Goa juga berhenti sejenak menunggu cuaca lebih baik. Terpaksa kami juga harus menunggu hingga jam 12.30 an baru bisa menyewa perahu dan menyusuri sungai.


Untuk menyewa perahu dikenakan tarif Rp 70.000 per perahu dengan kapasitas maksimum 5-6 orang. Karena kami ber-7 mau tidak mau harus menyewa 2 perahu, karena memang tidak diperbolehkan nambah walaupun cuma satu orang saja.
Akhirnya, inilah foto-foto Flexible Community di Cukang Taneuh/Green Canyon:

Bro Beni dan motor FCR yang terparkir





































Menantikan cuaca lebih baik


















Saatnya berangkat

















Sisa banjir


















Di dalam goa - posisi masih hujan






























































































Hujan sudah reda





























Setelah itu mampir juga ke Batu Hiu – walaupun hanya “mampir”
               











































Rumah Dhini
Sore harinya kami melakukan riding menuju rumah Bro Abeng di Bantarkawung Brebes, namun terlebih dahulu mampir di Wanareja – rumah Dhini (salah satu personil cewek yang pernah ikut Touring Candi Cetho). Rencananya mampir ke sini dengan tujuan menjenguk ibunya yang sedang sakit.
Tiba disini layaknya tamu istimewa, kami malah disambut dengan luar biasa pula:

Di rumah Dini





































Makan malam yang luar biasa












































Kurang lebih pukul 20.00 kami melanjutkan riding menuju Bantarkawung.
Rute kali ini cukup seru, karena 20% kami berkendara di perkotaan, dan 80% menjelajah hutan dan pegunungan. Selama 2 jam kami riding ditengah hutan dan sewaktu-waktu dihajar kubangan jalan. Cukup mencekam juga karena tidak ada orang lain yang lewat kecuali hanya kami ber-6 (Bro Desta tidak ikut melanjutkan riding karena ada urusan yang harus diselesaikan).
Namun akhirnya sampai juga di Bantarkawung dengan selamat, kekhawatiran selama 2 jam didalam hutan tadi adalah jika ban bocor habis sudah. Dengan kondisi jalan yang berlubang-lubang, ditengah hutan, malam hari, dan kami tidak membawa peralatan tambal ditambah pula ban kami tidak ada yang tubeless.
Kurang 1 km dari rumah Bro Abeng kami berhenti sejenak di Alfamart, setelah itu langsung menuju rumah Bro Abeng:




















Bro Beni paling capek